KISAH PENCIPTAAN NABI ADAM عليه السلام ( 1 )


KISAH PENCIPTAAN NABI ADAM عليه السلام (1)
Ahad, 11 Sya’ban 1438H
Oleh: Abu Syafira

Firman Allāh tentang tujuan penciptaan Nabi Adam عليه السلام berta keturunannya:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ  قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ  قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (٣٠)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS.Al Baqarah: 30)

Firman Allāh bahwa Nabi Adam عليه السلام diciptakan dari tanah:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allāh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allāh menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allāh berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.”
(QS.Ali ‘Imran: 59)

Allāh berfirman dalam ayat lain:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ (٥٥)
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”
(QS.Thāhā: 55)



Allāh telah mengabarkan bahwa Dia telah berdialog dengan para Malaikat seraya berfirman:
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“...Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...”
(QS.Al Baqarah: 30)

Yang dimaksud adalah Allāh hendak menciptakan Nabi Adam عليه السلام dan keturunannya yang datang silih berganti (yakni suatu kaum yang akan menggantikan kaum lainnya, kurun demi kurun dan generasi demi generasi secara berkesinambungan), sebagaimana yang tertera dalam firman Allāh :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi...”
(QS.Al An’am: 165)

Kemudian firman-Nya:
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ
“...Dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi....”
(QS.An Naml: 62)

Kemudian firman-Nya:
وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (٦٠)
“Dan kalau Kami berkehendak, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.”
(QS.Az Zukhruf: 60)

Kenudian firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ
“Maka datanglah sesudah mereka pengganti...”
(QS.Maryam: 59)

Allāh mengabarkan hal tersebut kepada mereka sebagai bentuk pengagungan atas penciptaan Nabi Adam عليه السلام dan anak keturunannya, sebagaimana halnya telah dikabarkan perkara yang agung sebelum penciptaannya. Maka para Malaikat bertanya sebagai bentuk keingintahuan hikmah dibalik penciptaan Nabi Adam عليه السلام tersebut dan bukan sebagai bentuk pembangkangan terhadap perintah tersebut, atau peremehan dan hasad terhadap bani Adam sebagaimana yang dikira oleh sebagian ahli tafsir yang jahil. Para Malaikat bertanya sebagaimana yang tertera dalam firman Allāh :
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,”
(QS.Al Baqarah: 30)

Artinya, maksud para Malaikat itu bahwa ada diantara jenis makhluk ini yang melakukan perbuatan tersebut. Seolah-olah para Malaikat mengetahui hal itu berdasarkan ilmu khusus, atau pengetahuan mereka tentang tabi’at manusia, karena Allāh telah mengabarkan kepada mereka bahwa jenis makhluk ini diciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, atau mereka memahami dari kata ‘khalīfah’, yaitu orang yang memutuskan perkara diantara manusia tentang kezhaliman yang terjadi di tengah-tengah mereka dan mencegah mereka dari perbuatan terlarang dan dosa. Demikian yang dikatakan oleh al Qurtubi rahimahullāh.
(Shahih Tafsir Ibnu Katsir I/199)
Ada yang berpendapat: Para Malaikat tersebut mengetahui bahwa hal tersebut telah terjadi sebelumnya, yaitu sebelum penciptaan Nabi Adam عليه السلام, mereka telah menyaksikan (kerusakan dan pertumpahan darah) yang terjadi dari kalangan jin dan binatang. Pendapat ini diungkapkan oleh Qatadah رضي الله عنه.  Abdullah bin Umar رضي الله عنهما berkata: “Dua ribu tahun sebelum penciptaan Adam, bangsa jin telah menumpahkan darah. Maka Allāh mengirim sekelompok pasukan dari bangsa Malaikat kepada mereka. Para Malaikat tersebut mengusir mereka hingga sampai pada pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan.”
Hal senada juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما. Dari al Hasan رضي الله عنه ia berkata:“(Para Malaikat) diberikan ilham untuk mengetahui itu”
Ada yang mengatakan bahwa para Malikat mengatakan hal tersebut setelah melihat ke al Lauh al Mahfuzh. Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut diberitahukan oleh Harut dan Marut dari Malaikat yang lebih tinggi dari mereka berdua, yang bernama as Sijilli. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim rahimahullāh dari Abu Ja’far al Baqir rahimahullāh.
Ada yang berpendapat: Sebab para malaikat mengetahui bahwa biasanya makhluk yang ada di bumi rata-rata perbuatannya adalah yang demikian itu.
Firman Allāh :
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
“Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau.”
(QS.Al Baqarah: 30)

Yakni kami senantiasa beribadah kepada-Mu dan tidak ada satupun dari kami yang bermaksiat kepada-Mu. Apabila penciptaan mereka agar beribadah kepada-Mu, maka sesungguhnya kami telah beribadah siang dan malam tanpa merasa bosan.
Firman Allāh :
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS.Al Baqarah: 30)

Yakni: Aku mengetahui kemaslahatan dibalik penciptaan mereka yang tidak kalian ketahui. Yakni akan ada dari kalangan mereka para Nabi, Rasul, ash-Shiddiqûn, asy-Syuhada’, orang-orang shalih, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang baik, orang-orang yang dekat kepada Allāh , para ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang khusyu’, dan orang-orang yang cinta kepada-Nya serta orang-orang yang mengikuti Rasul-Rasul-Nya. Semoga shalawat dan salam Allāh tercurah atas mereka semua.


(Disalin dari kitab “Qashashul Anbiya’, hal.17-21. Penulis: Imam Ibnu Ktasir rahimahullāh (W 774H), Penerbit: Pustaka As Sunnah. Dengan sedikit tambahan redaksi)

Comments