8 Macam Puasa Sunnah
8 Macam Puasa Sunnah
Pada kesempatan kali ini, FORUM
PEMUDA KREATIF mencoba mengangkat pembahasan puasa sunnah yang bisa
diamalkan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga
bermanfaat.
Sungguh, puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran
puasa disebutkan dalam hadits berikut,
ُُّูู ุนَู
َِู ุงุจِْู ุขุฏَู
َ
ُูุถَุงุนَُู ุงْูุญَุณََูุฉُ ุนَุดْุฑُ ุฃَู
ْุซَุงَِููุง ุฅَِูู ุณَุจْุนِู
ِุงุฆَุฉِ ุถِุนٍْู َูุงَู
ุงَُّููู ุนَุฒَّ َูุฌََّู ุฅِูุงَّ ุงูุตَّْูู
َ َูุฅَُِّูู ِูู َูุฃََูุง ุฃَุฌْุฒِู ุจِِู
َูุฏَุนُ ุดََْููุชَُู َูุทَุนَุงู
َُู ู
ِْู ุฃَุฌِْูู ِููุตَّุงุฆِู
ِ َูุฑْุญَุชَุงِู َูุฑْุญَุฉٌ
ุนِْูุฏَ ِูุทْุฑِِู ََููุฑْุญَุฉٌ ุนِْูุฏَ َِููุงุกِ ุฑَุจِِّู. ََููุฎُُُููู ِِููู ุฃَุทَْูุจُ
ุนِْูุฏَ ุงَِّููู ู
ِْู ุฑِูุญِ ุงْูู
ِุณِْู
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali
lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan
puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan
dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa
akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan
kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim
no. 1151).
Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan
amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang
menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun).[1] Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan
mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,
َูู
َุง َูุฒَุงُู ุนَุจْุฏِู
َูุชََูุฑَّุจُ ุฅََِّูู ุจِุงََّูููุงِِูู ุญَุชَّู ุฃُุญِุจَُّู ، َูุฅِุฐَุง ุฃَุญْุจَุจْุชُُู
ُْููุชُ ุณَู
ْุนَُู ุงَّูุฐِู َูุณْู
َุนُ ุจِِู ، َูุจَุตَุฑَُู ุงَّูุฐِู ُูุจْุตِุฑُ ุจِِู ،
ََููุฏَُู ุงَّูุชِู َูุจْุทُุดُ ุจَِูุง َูุฑِุฌَُْูู ุงَّูุชِู َูู
ْุดِู ุจَِูุง ، َูุฅِْู
ุณَุฃََِููู ูุฃُุนْุทََُِّููู ، ََููุฆِِู ุงุณْุชَุนَุงุฐَِูู ูุฃُุนِูุฐََُّูู
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk
mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi
petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu
kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya” (HR. Bukhari no. 2506).
1. Puasa Senin Kamis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ุชُุนْุฑَุถُ ุงูุฃَุนْู
َุงُู
َْููู
َ ุงูุงِุซَِْْููู َูุงْูุฎَู
ِูุณِ َูุฃُุญِุจُّ ุฃَْู ُูุนْุฑَุถَ ุนَู
َِูู َูุฃََูุง
ุตَุงุฆِู
ٌ
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan
Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
ุฅَِّู ุฑَุณَُูู ุงَِّููู
-ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- َูุงَู َูุชَุญَุฑَّู ุตَِูุงู
َ ุงูุงِุซَِْْููู َูุงْูุฎَู
ِูุณِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan
berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah
no. 1739. Shahih)
2. Puasa Tiga Hari Setiap
Bulan Hijriyah
Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
ุฃَْูุตَุงِูู ุฎَِِูููู ุจِุซَูุงَุซٍ ูุงَ ุฃَุฏَุนَُُّูู ุญَุชَّู ุฃَู
ُูุชَ
ุตَْูู
ِ ุซَูุงَุซَุฉِ ุฃََّูุงู
ٍ ู
ِْู ُِّูู ุดَْูุฑٍ ، َูุตَูุงَุฉِ ุงูุถُّุญَู ، ََْูููู
ٍ
ุนََูู ِูุชْุฑٍ
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)
mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati:
[1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3]
mengerjakan shalat witir sebelum tidur.”( HR. Bukhari no. 1178)
Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah,
ุฃََูุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
-ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- َูุตُูู
ُ ุซَูุงَุซَุฉَ ุฃََّูุงู
ٍ ู
ِْู ُِّูู ุดَْูุฑٍ َูุงَูุชْ
َูุนَู
ْ. ُْููุชُ ู
ِْู ุฃَِِّูู َูุงَู َูุตُูู
ُ َูุงَูุชْ َูุงَู ูุงَ ُูุจَุงِูู ู
ِْู
ุฃَِِّูู ุตَุงู
َ. َูุงَู ุฃَุจُู ุนِูุณَู َูุฐَุง ุญَุฏِูุซٌ ุญَุณٌَู ุตَุญِูุญٌ
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga
hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu
bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah
menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau
beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)
Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14,
dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid.[2] Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
beliau berkata,
َูุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ َูุง ُْููุทِุฑُ ุฃََّูุงู
َ ุงْูุจِูุถِ ِูู ุญَุถَุฑٍ
ََููุง ุณََูุฑٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada
ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai
no. 2345. Hasan).
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
padanya,
َูุง ุฃَุจَุง ุฐَุฑٍّ ุฅِุฐَุง
ุตُู
ْุชَ ู
َِู ุงูุดَّْูุฑِ ุซَูุงَุซَุฉَ ุฃََّูุงู
ٍ َูุตُู
ْ ุซَูุงَุซَ ุนَุดْุฑَุฉَ َูุฃَุฑْุจَุนَ
ุนَุดْุฑَุฉَ َูุฎَู
ْุณَ ุนَุดْุฑَุฉَ
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka
berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR.
Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan)
3. Puasa Daud
Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฃุญَุจُّ ุงูุตَِّูุงู
ِ ุฅูู
ุงِููู ุตَِูุงู
ُ ุฏَุงُูุฏَ، َูุฃุญَุจُّ ุงูุตَّูุงุฉِ ุฅَِูู ุงِููู ุตَูุงุฉُ ุฏَุงُูุฏَ: َูุงَู
ََููุงู
ُ ِูุตَْู ุงูููู، ََُููููู
ُ ุซُُูุซَُู َََูููุงู
ُ ุณُุฏُุณَُู، ََููุงَู ُْููุทِุฑُ
َْููู
ًุง ََููุตُْูู
ُ َْููู
ًุง
“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud.
Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur
separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya.
Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan
Muslim no. 1159)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
ุฃُุฎْุจِุฑَ ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
– ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
– ุฃَِّูู ุฃَُُููู َูุงَِّููู ูุฃَุตُูู
ََّู ุงََّูููุงุฑَ
َููุฃَُููู
ََّู ุงََّْูููู ู
َุง ุนِุดْุชُ . ََููุงَู َُูู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู – ุตูู ุงููู
ุนููู ูุณูู
– « ุฃَْูุชَ ุงَّูุฐِู ุชَُُููู َูุงَِّููู ูุฃَุตُูู
ََّู ุงََّูููุงุฑَ
َููุฃَُููู
ََّู ุงََّْูููู ู
َุง ุนِุดْุชُ » ُْููุชُ َูุฏْ ُْููุชُُู . َูุงَู « ุฅََِّูู ูุงَ
ุชَุณْุชَุทِูุนُ ุฐََِูู ، َูุตُู
ْ َูุฃَْูุทِุฑْ ، َُููู
ْ ََููู
ْ ، َูุตُู
ْ ู
َِู ุงูุดَّْูุฑِ
ุซَูุงَุซَุฉَ ุฃََّูุงู
ٍ ، َูุฅَِّู ุงْูุญَุณََูุฉَ ุจِุนَุดْุฑِ ุฃَู
ْุซَุงَِููุง ، َูุฐََِูู
ู
ِุซُْู ุตَِูุงู
ِ ุงูุฏَّْูุฑِ » . َُْูููุชُ ุฅِِّูู ุฃُุทُِูู ุฃَْูุถََู ู
ِْู ุฐََِูู َูุง
ุฑَุณَُูู ุงَِّููู . َูุงَู « َูุตُู
ْ َْููู
ًุง َูุฃَْูุทِุฑْ َْููู
َِْูู » . َูุงَู ُْููุชُ
ุฅِِّูู ุฃُุทُِูู ุฃَْูุถََู ู
ِْู ุฐََِูู . َูุงَู « َูุตُู
ْ َْููู
ًุง َูุฃَْูุทِุฑْ َْููู
ًุง
، َูุฐََِูู ุตَِูุงู
ُ ุฏَุงُูุฏَ ، ََْููู ุนَุฏُْู ุงูุตَِّูุงู
ِ » . ُْููุชُ ุฅِِّูู ุฃُุทُِูู
ุฃَْูุถََู ู
ُِْูู َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู . َูุงَู « ูุงَ ุฃَْูุถََู ู
ِْู ุฐََِูู »
.
Disampaikan kabar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bahwa aku berkata; “Demi Allah, sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan
sungguh aku akan shalat malam sepanjang hidupku.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya (‘Abdullah bin ‘Amru): “Benarkah
kamu yang berkata; “Sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku
pasti akan shalat malam sepanjang hidupku?“. Kujawab; “Demi bapak dan
ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku memang telah mengatakannya“. Maka
Beliau berkata: “Sungguh kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya. Akan
tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah dan berpuasalah
selama tiga hari dalam setiap bulan karena setiap kebaikan akan dibalas dengan
sepuluh kebaikan yang serupa dan itu seperti puasa sepanjang tahun.” Aku
katakan; “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah“. Beliau
berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah selama dua hari”. Aku
katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu“. Beliau berkata: “Kalau
begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa
Nabi Allah Daud ‘alaihi salam yang merupakan puasa yang paling utama“. Aku
katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu“. Maka beliau
bersabda: “Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu“. (HR. Bukhari no.
3418 dan Muslim no. 1159)
Ibnu Hazm mengatakan, “Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari melakukan puasa lebih dari puasa
Daud yaitu sehari puasa sehari tidak.”[3]
Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Puasa seperti puasa Daud,
sehari berpuasa sehari tidak adalah lebih afdhol dari puasa yang dilakukan
terus menerus (setiap harinya).”[4]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa
sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai
membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan
sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat,
di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak
melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak
memperbanyak puasa. …
Wallahul Muwaffiq.”[5]
4. Puasa di Bulan Sya’ban
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
َูู
ْ َُِููู ุงَّููุจُِّู –
ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
– َูุตُูู
ُ ุดَْูุฑًุง ุฃَْูุซَุฑَ ู
ِْู ุดَุนْุจَุงَู ، َูุฅَُِّูู َูุงَู
َูุตُูู
ُ ุดَุนْุจَุงَู َُُّููู
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada
satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970
dan Muslim no. 1156).
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
َูุงَู َูุตُูู
ُ ุดَุนْุจَุงَู
َُُّููู َูุงَู َูุตُูู
ُ ุดَุนْุจَุงَู ุฅِูุงَّ َِููููุงً.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan
Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR.
Muslim no. 1156)
Yang dimaksud di sini adalah berpuasa pada mayoritas harinya
(bukan seluruh harinya[6]) sebagaimana diterangkan oleh Az Zain ibnul
Munir.[7] Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di
bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.[8]
5. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ู
َْู ุตَุงู
َ ุฑَู
َุถَุงَู
ุซُู
َّ ุฃَุชْุจَุนَُู ุณِุชًّุง ู
ِْู ุดََّูุงٍู َูุงَู َูุตَِูุงู
ِ ุงูุฏَّْูุฑِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari
di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no.
1164)
6. Puasa di Awal Dzulhijah
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
ู
َุง ู
ِْู ุฃََّูุงู
ٍ ุงْูุนَู
َُู ุงูุตَّุงِูุญُ َِูููุง ุฃَุญَุจُّ ุฅَِูู ุงَِّููู ู
ِْู َูุฐِِู
ุงูุฃََّูุงู
ِ ». َูุนِْูู ุฃََّูุงู
َ ุงْูุนَุดْุฑِ. َูุงُููุง َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู َููุงَ
ุงْูุฌَِูุงุฏُ ِูู ุณَุจِِูู ุงَِّููู َูุงَู « َููุงَ ุงْูุฌَِูุงุฏُ ِูู ุณَุจِِูู ุงَِّููู
ุฅِูุงَّ ุฑَุฌٌُู ุฎَุฑَุฌَ ุจَِْููุณِِู َูู
َุงِِูู ََููู
ْ َูุฑْุฌِุนْ ู
ِْู ุฐََِูู ุจِุดَْูุกٍ
».
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah
melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama
bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada
yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu
Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih).
Keutamaan sepuluh hari awal
Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu,
sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan
sholih lainnya.[9] Di antara amalan yang dianjurkan di awal
Dzulhijah adalah amalan puasa.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
َูุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
-ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- َูุตُูู
ُ ุชِุณْุนَ ุฐِู ุงْูุญِุฌَّุฉِ ََْูููู
َ ุนَุงุดُูุฑَุงุกَ
َูุซَูุงَุซَุฉَ ุฃََّูุงู
ٍ ู
ِْู ُِّูู ุดَْูุฑٍ ุฃَََّูู ุงุซَِْْููู ู
َِู ุงูุดَّْูุฑِ
َูุงْูุฎَู
ِูุณَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa
pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa
tiga hari setiap bulannya[10], …” (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih).
7. Puasa ‘Arofah
Puasa ‘Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu
Qotadah Al Anshoriy berkata,
ุตَِูุงู
ُ َْููู
ِ ุนَุฑََูุฉَ ุฃَุญْุชَุณِุจُ ุนََูู ุงَِّููู ุฃَْู َُِّูููุฑَ
ุงูุณََّูุฉَ ุงَّูุชِู َูุจَُْูู َูุงูุณََّูุฉَ ุงَّูุชِู ุจَุนْุฏَُู َูุตَِูุงู
ُ َْููู
ِ
ุนَุงุดُูุฑَุงุกَ ุฃَุญْุชَุณِุจُ ุนََูู ุงَِّููู
ุฃَْู َُِّูููุฑَ ุงูุณََّูุฉَ ุงَّูุชِู َูุจَُْูู
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan
puasa ‘Arofah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arofah akan menghapus dosa setahun yang
lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan
puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang
lalu” (HR. Muslim no. 1162).
Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak
dianjurkan melaksanakan puasa ‘Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
ุฃََّู ุงَّููุจَِّู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ุฃَْูุทَุฑَ ุจِุนَุฑََูุฉَ
َูุฃَุฑْุณََูุชْ ุฅَِِْููู ุฃُู
ُّ ุงَْููุถِْู ุจَِูุจٍَู َูุดَุฑِุจَ
“
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di
Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.”
(HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih).
8. Puasa ‘Asyura
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฃَْูุถَُู ุงูุตَِّูุงู
ِ
ุจَุนْุฏَ ุฑَู
َุถَุงَู ุดَْูุฑُ ุงَِّููู ุงْูู
ُุญَุฑَّู
ُ َูุฃَْูุถَُู ุงูุตَّูุงَุฉِ ุจَุนْุฏَ
ุงَْููุฑِูุถَุฉِ ุตَูุงَุฉُ ุงَِّْูููู
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa
pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat
wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
An Nawawi -rahimahullah-
menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk
berpuasa adalah pada bulan Muharram.”[11]
Keutamaan puasa ‘Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah
di atas. Puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa
‘Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari
sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa ‘Asyura yang
dilakukan oleh Ahlul Kitab.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum
muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู
ุฅَُِّูู َْููู
ٌ ุชُุนَุธِّู
ُُู ุงَُْููููุฏُ َูุงَّููุตَุงุฑَู. ََููุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู
-ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- « َูุฅِุฐَุง َูุงَู ุงْูุนَุงู
ُ ุงْูู
ُْูุจُِู – ุฅِْู ุดَุงุกَ ุงَُّููู
– ุตُู
َْูุง ุงَْْูููู
َ ุงูุชَّุงุณِุนَ ». َูุงَู ََููู
ْ َูุฃْุชِ ุงْูุนَุงู
ُ ุงْูู
ُْูุจُِู
ุญَุชَّู ุชَُُِّููู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
-.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh
Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan
–insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari
kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134).
Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah
Pertama:
Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan
selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa
wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
ุฏَุฎََู ุนَََّูู
ุงَّููุจُِّู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ุฐَุงุชَ َْููู
ٍ ََููุงَู « َْูู ุนِْูุฏَُูู
ْ ุดَْูุกٌ
». ََُْููููุง ูุงَ. َูุงَู « َูุฅِِّูู ุฅِุฐًุง ุตَุงุฆِู
ٌ ». ุซُู
َّ ุฃَุชَุงَูุง َْููู
ًุง
ุขุฎَุฑَ ََُْููููุง َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุฃُْูุฏَِู ََููุง ุญَْูุณٌ. ََููุงَู « ุฃَุฑِِِูููู
َََูููุฏْ ุฃَุตْุจَุญْุชُ ุตَุงุฆِู
ًุง ». َูุฃَََูู.
“Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku
dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.”
Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi
pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi
hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka
beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku
berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154).
An Nawawi memberi judul dalam Shahih
Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari
sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan
puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”
Kedua: Boleh menyempurnakan
atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas. Puasa
sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula
ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat,
pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk
juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan
puasa tersebut.[12]
Ketiga: Seorang istri tidak
boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin
suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ูุงَ ุชَุตُูู
ُ ุงْูู
َุฑْุฃَุฉُ
َูุจَุนَُْููุง ุดَุงِูุฏٌ ุฅِูุงَّ ุจِุฅِุฐِِْูู
“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada
kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam
hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu.
Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram,
sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut
karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap
harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak
bisa hak tersebut terhalang dipenuhi gara-gara si istri melakukan puasa sunnah
atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.”[13] Beliau rahimahullah menjelaskan pula,
“Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika
suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang
dengannya.”[14]
Semoga Allah beri taufik untuk beramal sholih.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Comments