KISAH NABI YUSUF AS
KISAH NABI YUSUF AS
Nabi Yusuf as merupakan putra
urutan ke tujuh dari dua belas petara puteri Nabi Ya’qub as. Merupakan anak
dari istri Nabi Ya’qub yang bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini Nabi Yusuf juga
mempunyai adik bernama Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan
oleh Allah SWT, juga dengan tubuh yang tegap sehingga bisa membuat para wanita
terpesona kepadanya.
Kisah Nabi Yusuf as ada dalam
satu surat penuh dalam Al Qur an yang bernama Surat Yusuf. Disebutkan bahwa
sebab turunnya surat suyuf adalah karena orang orang yahudi meminta kepada
Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf as. Kisah Nabi
Yusuf as telah mengalami perubahan pada sebagian dant erdapat beberapa
penambahan. Kemudian Allah SWT menurunkan satu surat penuh yang secara
terperinci menceritakan kisah Nabi Yusuf as
Allah SWT berfirman : “Kami menceritakan kepadamu
kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui.” (QS. 12 : 3)
Pada suatu waktu Nabi Yusuf as bermimpi melihat
sebelas bintang, mathari, dan bulan semuanya sujud kepadanya, dan mimpinya itu
disampaikan kepada ayahnya yaitu Nabi Ya’qub as, sebagaimana tersebut dalam Al
Qur’an berikut ini :
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya
: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”
“Ayah berkata : “Hai anakku, janganlah kamu
ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia” (QS. 12 : 4 – 5)
Nabi Ya’qub as mengingatkannya agar jangan sampai
Nabi Yusuf as menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Sesungguhnya
saudara-saudara Nabi Yusuf as tidak menyukainya karena kedekatannya dengan
ayahnya dan mereka tidak simpati dengan perhatian Nabi Ya’qub as kepadanya.
Nabi Yusuf as bukanlah saudara kandung mereka di mana Nabi Yusuf as menikahi
isteri kedua yang tidak melahirkan baginya anak-anak kemudian lahirlah darinya
Nabi Yusuf as dan saudara kandungnya. Nabi Ya’qub as merasa bahwa anaknya itu
akan mengemban suatu urusan besar, yaitu keNabian yang berada di sekitarnya.
Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya
Nabi Yusuf as adalah anak yang dimanjakan oleh
ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya
yang lain, terutama setelah ibu kandungnya Rahil meninggal atau wafat ketika
Yusuf masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang berbeda dari Nabi Ya’qub as kepada
anak-anaknya lainnya menimbulkan rasa iri hati dan dengki di antara
saudara-saudara Nabi Yusuf as yang lain, mereka merasa dianaktirikan oleh
ayahnya yang mereka anggap tidak adil terhadap sesama anak, yaitu lebih
memanjakan Nabi Yusuf as dari pada yang lainnya.
Rasa jengkel terhadap ayah mereka dan iri hati
pada Nabi Yusuf as membangkitkan rasa setia kawan antara sauda-saudara Yusuf,
persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Rasa sayang Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf as
dan adiknya Bunyamin nampak sangat jelas. Rasa iri hati dan kebencian
saudara-saudaranya juga tidak dapat ditutup-tutupi lagi. Rasa sayang Nabi
Ya’qub as kepada Nabi Yusuf dan Bunyamin adiknya sebenarnya cukup wajar, karena
Nabi Yusuf dan adiknya tidak memiliki ibu karena telah meninggal dunia ketika
melahirkan Bunyamin. Karena sebab itulah Nabi Ya’qub sangat menyayangi Nabi
Yusuf as dan adiknya Benyamin. Terlebih lagi saat Nabi Ya’qub mendengar dan
mengetahui akan mimpi Nabi Yusuf as. Semakin bertambah pula pengawasannya untuk
keselamatan Nabi Yusuf as dan adiknya. Hal ini menyebabkan bertambahnya
kedengkian dan kebencian saudara-saudara terhadap Nabi Yusuf as dan adiknya.
Nabi Yusuf di buang ke sumur
Cerita Nabi Yusuf as, suatu hari saudara-saudara
Nabi Yusuf as yang memberi dan dengki kepadanya berkumpul dan bermusyawarah
untuk mengemukakan perasaan mereka masing-masing atas perlakuan Ayah mereka
yang mereka anggap tidak adil kepada anak-anaknya. Dalam musyawarah ini
banyumin tidak diikut sertakan karena ia adalah adik kandung Nabi Yusuf as,
mereka memutuskan agar Nabi Yusuf as dibuang saja.
Terjadilah dialog antara mereka dengan ayahnya
dengan penuh kelembutan namun dedam yang tersembunyi di hati. Dalam hal ini
diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“mereka berkata : “wahai ayah kami, apa sebabnya
kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarlah dia pergi bersama kami
besok pagi, agar ia (dapat) bersenang-sendang dan (dapat) bermain-main, dan
sesungguhnya kami pasti menjaganya”
“berkata Ya’qub : “Sesungguhnya kepergian kamu
bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan
serigala, sedang kamu lengah dari padanya”
“Mereka berkata : “Jika ia benar-benar dimakan
serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian
adalah orang-raong yang merugi” (Qs 12 : 11 – 14)
Mereka membujuk ayahnya agar mengizinkan Nabi
Yusuf as pergi dengan mereka. Akhirnya mereka berhasil meyakinkan ayahnya yang
sangat khawatir kalau-kalau Nabi Yusuf as dimakan oleh serigala. Apakah ini
masuk akal? Kami sepuluh orang laki-laki, maka mana mungkin kami yang banyak
ini lalai darinya? Sungguh kami akan kehilangan sifat kejantanan kami
seandainya terjadi peristiwa itu. Kami jamin bahwa tidak ada seekor serigala
pun akan memakannya. Karena itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Mereka pun berhasil mengajak Nabi Yusuf as pada
hari berikutnya dan pergi dengannya ke gurun. Mereka menuju tempat yang jauh
belum pernah mereka tempuh. Mereka mencari sumur yang disitu sering dilewati
oleh para kafilah dan mereka berencana untuk memasukkan Nabi Yusuf as ke dalam
sumur itu. Allah Yang Maha Mengetahui mengilhamkan kepada Nabi Yusuf as bahwa
ia akan selamat, maka tidak perlu takut. Allah yang maha kuasa menjamin bahwa
Nabi Yusuf as akan bertemu dengan mereka pada suatu hari dan akan memberi tahu
mereka apa yang mereka lakukan kepadanya.
Nabi Yusuf as sempat melakukan perlawanan kepada
mereka, namun mereka memukulinya dan mereka memeritahkannya untuk melepas
bajunya, lalu mereka menceburkannya ke dalam telah dalam keadaan telanjang.
Kemudian Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan kepadanya bahwa ia akan selamat dan
karean itu ia tidak perlu takut. Di dalam telah itu terdapat air, namun tubuh
Nabi Yusuf as tidak terkena hal yang membahayakan. Ia sendirian duduk di sumur
itu, kemudian ia bergantungan dengan batu.
Kemudian saudara-saudara yang benci kepada Nabi
Yusuf itu menyembelih hewan sejenis kambing atau rusa, lalu melumurkan darah
palsu ke pakaian Nabi Yusuf as. Mereka lupa untuk merobek-robek pakaian Nabi
Yusuf as. Mereka malah membawa apakain sebagaimana biasanya (masih utuh) dan
hanya berlumuran darah. Peristiwa ini terjadi di malam yang gelap. Sementara
itu, si ayah duduk di rumahnya lalu anak-anaknya masuk menemuinya di tengah
malam di mana kegelapan malam menyembunuikan kegelapan dan kegelapan kebohongan
yang siap ditampakkan. Nabi Ya’qub bertanya : “Mengapa kalian menangis? Apakah
terjadi sesuatu pada kambing?Mereka berkata sambil meningkatkan tangisnya,
seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di
sore hari sambil menangis”
“Mereka berkata : “Wahai ayah kami,
sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba, dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan
percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar” (Qs 12 : 17
– 18)
Nabi Ya’qub as memegang pakaian anaknya.
Lalu ia mengangkat pakaian itu dan memperhatikannya di bawah cahaya yang
terdapat dalam kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di tangannya namu ia
melihat bahwa pakaian itu masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau
robek. Serigala apa yang makan Nabi Yusuf as? Apakah ia memakan dari dalam
pakaian tanpa merobek pakaiannya? Seandainya Nabi Yusuf as mengenakan
pakaiannya lalu ia dimakan oleh serigala, semestinya pakaian tersebut akan
robek. Seandainya ia telah melepas bajunya untuk bermain dengan
saudara-saudaranya, maka bagimana pakaian tersebut dilumiri dengan darah
sementara saat itu tidak menggunakan pakaian?
Berdasarkan bukti-bukti itu, Nabi Ya’qub as
mengetahui bahwa mereka berbohong. Nabi Yusuf as tidak dimakan oleh serigala.
Nabi ya’qub mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong, ia mengungkapkan hal itu
dalam perkatannya yang tersebut dalam Al Qur an :
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang
berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata “sebenarnya dirimu sendirilah
yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesbaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang
kamu ceritakan” (Qs 12 ; 18)
Demikianlah perilaku Nabi Ya’qub dengan
bijaksananya. Ia meminta agar diberi kesabaran dan memohon pertolongan kepada
Allah SWT atas apa yang mereka lakukan terhadap putra kesayangannya.
Nabi Yusuf di temukan di sumur
Kemudian, ada kafilah yang sedang berjalan menuju
Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup jauh sehingga dinamakan
Sayyarah. Semua kafilah itu menuju sumur, mereka berhenti untuk menambah air.
Mereka menghulurkan timba ke sumur. Lalu Nabi Yusuf as bergelantung pada timba tersebut.
Orang yang mengulur timba mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun
setelah dilihat, kafilah itu terkejut sambil berkata “Hai, alanglah gembiranya
kita, mendapat seorang anak yang tampan”
Pada saat itu aturannya adalah bahwa siapa yang
menemukan sesuatu yang hilang, maka ia yang akan menjadi pemiliknya. Awalnya
orang yang menemukannya sangat senang, namun ia berfikir mengenai tanggung
jawab yang harus ditanggungnya, lalu muncullah rasa khawatir dalam dirinya.
Kemudian untuk menghindari hal yang mengkhawatirkan tersebut ia berencana untuk
menjualnya ketika tiba di mesir.
Nabi Yusuf as dijual di pasar
Setelah orang yang menemukan Yusuf itu tiba di
mesir ia segera menjualnya di pasar dengan harga yang sangat murah, ketika itu
Yufus dibeli orang salah satu pembesar di Mesir. Pembesar itu mengambil Nabi
Yusuf as dan menjadikan anak angkatnya, dirawatnya Yusuf dengan baik oleh
isteri pembesar itu. Isteri pembesar itu bernama Zulaikha, mulai saat itu Nabi
Yusuf as tinggal bersama mereka. Seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut
ini :
“Kemudian datanglah kelompok orang-orang
musafir, lalu menyuruh seorang mengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia
berkata ; “Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!” Kemudian mereka
menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah maha mengetahui apa yang
mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yiatu
beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang
mesir yang membelinya berakata kepada istrinya: “Berikanlah kepadanya empat
(dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat kepada kita atau kita pungut
dia sebagai anak” dan demikian pulalah kami memberikan kedudukan yang baik
kepada Yusuf di muka bumi (mesir), dan agar kami ajarkan kepadanya ta’bir
mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahuinya” (Qs 12 : 19 – 21)
Lelaki yang membeli Nabi Yusuf as bukanlah orang
sembarang tetapi ia seorang yang penting. Ia termasuk seseorang yang berasal
dari pemerintah yang berkuasa di Mesir. Ia adalah seorang menteri di antara
menteri-menteri raja yaitu ketua menteri yang bernama Al Aziz.
Comments